Aku tak tahu kapan aku akan sukses didalam hidupku. Aku hanya tahu bahwa aku pasti akan sukses. (Jo Coudert ) ^_^

Sabtu, 01 Juni 2013

BUNGA DI BAWAH BERINGIN TUA



Hembus angin membawa kisah di bawah beringin tua. Sebuah kampus Negeri Islam di Bandung menjadi sebuah sorotan kehidupan. Kampus yang menjadi harapan dan menjadi sebuah kenangan. Telah masuk pada detik waktu yang tak terlupakan.
Kini dia bersyukur kepada Sang Maha Pengasih. Yang senantiasa memberikannya sebuah pilihan, yang tidak semudah ia dapat membalikkan kedua telapak tangan. Memberi sebuah arahan yang dapat mengubah hidupnya menjadi lebih indah. Memberi sebuah pembelajaran kehidupan. Dimana saatnya ia harus berdiri dan berlari juga harus duduk dan terdiam.
Di sudut sebuah tempat berteduh, terlihat seorang gadis yang sedang duduk manis dengan bukunya yang berwarna jingga tebal di tangannya. Dengan jilbab biru yang membalut kepalanya, dengan wajah tersenyum, seakan ia sedang menyaksikan sebuah realita kehidupan.
“Bunga...”
Yah!! Bunga-lah namanya. Seorang mahasiswi Bahasa dan Sastra Arab di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung itu adalah sosok yang cantik parasnya, manis senyumnya, juga anggun dilihatnya. Tak heran jika banyak lawan jenisnya yang berusaha untuk mendekatinya. Meski terlihat anggun, terdapat beberapa hal yang mengesankan dalam dirinya. Dengan semangatnya, ia selalu bertutur bahasa yang energik namun lembut. Yang dapat membuat kebanyakan temannya itu sontak semangat. Dan membuat temannya menjadi lebih terdorong untuk semangat. Salah satu kelebihan yang jarang mahasiswa punya.
Sore itu, di tempat Bunga terdiam sepi dengan bukunya, rerintikan hujan turun dari gumpalan awan yang telah melalui proses penguapan air di laut.
“Bunga!!” Suara yang entah dari mana asalnya, sontak mengejutkan Bunga yang sedang membaca.
“Bunga!!” Seseorang yang bernama Nabila menepuk bahu kanannya, hingga suasana yang damai berubah menjadi suasana yang tegang bagi Bunga.
“Kamu!!” Sentak Bunga. “Kaget tau. Dari mana kamu? Sedari tadi aku nunggu nih!” keluhnya.
“Hee.. Maaf, abisnya tadi kebablasan ngobrol sama temen, he.. lupa deh kamu udah nunggu. hiii” jawabnya sambil nyengir.
“Kebiasaan banget kamu.” Sentak Bunga. “Gimana? Sekarang jadi kan?” tanyanya.
“Jadi donk!” saut Nabila sambil tersenyum.
Sahabat Bunga yang paling dekat ini adalah sosok yang periang, baik, dan agresif. Sosok yang selalu tampil modis dan berbeda style setiap harinya. Maklum dia seorang jilbabers. Yang cinta akan dunia fashion.
Senja telah tiba. Angin menderu kencang, hingga daun-daun berjatuhan.  Honda Beat sedang menanti di area parkir. Orang-orang berlulu-lalang di sepanjang jalan, mobil bangunan pun sesekali lewat. Suasana pembangunan menjadi salahsatu sorotan bagi orang-orang. Suara-suara mesin, dan banyak yang lainnya.
“Bunga!!” Nabila mengawali perbincangan. “Malu yah liat kondisi kampus kita ini. Apalagi kalo ada mahasiswa atau tamu lain yang masuk ke area kampus, pasti dalam hati mereka tertawa lihat kondisi ini.” Keluhnya.
“Loh!! Memangnya kenapa?” Jawab Bunga dengan tersenyum. “Jangan malu!! Wong kampus kita kan sedang proses menuju pembaharuan, menuju perubahan positif.” Dengan penuh percaya diri Bunga menjawab.
“Iya sih, tapi banyak juga yang berfikiran negatif ke UIN termasuk aku say.” Jawab Nabila tak bergairah.
“Ya udah, toh mereka juga kan gak kuliah disini. Jadi mereka gak tau gimana rasanya menjadi salah satu bagian dari UIN.” Senyumannya tak henti meneguhkan hati Nabila yang sedang goyah.
“Iya sih..” Jawab Nabila.
Honda Beat sudah didepan mata. Bunga pun segera menaikinya dan menghidupkan mesinnya. Beberapa saat sebelum Bunga berangkat bersama Nabila yang ikut di belakang, bertemu dengan seorang ikhwan yang sudah sekian lama di kagumi oleh Nabila. Dan itu terlihat. Saat ikhwan itu dating, Nabila tiba-tiba saja mencubiti tangan saya, tapi itu sudah bukan hal yang aneh bagi Bunga. Dia bernama Ryan, mahasiswa UIN jurusan Teknik Informatika semester 6 dan satu Fakultas dengan Nabila yang masih semester 4 jurusan Fisika di Fakultas Sains dan Teknologi itu.
“Bunga!! Maaf ganggu, ini saya mau ngembaliin buku yang waktu itu.” Ucap Ryan sambil menyodorkan buku kepada Bunga yang sedang menaiki motornya bersama Nabila. “Kalian mau kemana?” Tanya Ryan.
“Kita mau ke kosan Bunga Kak.. Kak Ryan gimana kabarnya? Sekarang mau kemana?” Serobot Nabila saat Bunga sudah siap menjawab.
“Hmm.. Bila.. Bila.. kamu ini yah.. gak pernah berubah.” Tutur Bunga dalam hatinya.
“Owh.. heu.. kirain mau pada kemana.. baik.. Bunga sama Nabila gimana kabarnya??” Jawab Ryan seperti yang kebingungan.
“Baik.. Alhamdulillah..” Jawab Bunga dan Nabila yang hamper berbarengan. “Sudah dulu yah! Kita sedang terburu-buru, ini ngejar waktu.” Tutur Bunga yang halus. “Kapan-kapan kita lanjut lagi yah?”
“Owh iya kalo gitu. Hati-hati yah!!” Jawab Ryan.
“Loh kok ke aku enggak kak?” Tanya Nabila dengan mengeluh.
“Owh iyah! He.. Nabila juga yah!!” Jawab Ryan yang sebenarnya terpaksa dengan senyum ikhlasnya.
“Iya kakak!!” Jawab Nabila dengan nada cukup energik.
Dibalik semua itu Bunga hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Nabila itu. Memang sudah terbiasa baginya namun hari itu entah apa sedikit berubah seperti biasanya.
Ketika langit semakin menggelap. Udara semakin dingin. Tibalah Bunga di kostannya di daerah Cipadung. Setibanya ia disana, bergegas ia packing untuk esok hari pergi berlibur bersama sahabat-sahabatnya. Begitu juga Nabila yang hari itu dia menginap di tempat Bunga. Juga satu sahabat lainnya yang sedari tadi belum tiba disana.
Tak lama kemudian, di luar terdengar suara salam di awali dengan ketukan pintu.
“Ya tunggu!!” Teriak Bunga.
“Pasti Neni.” Ucap Nabila
“Ya semoga saja!!” harap Bunga. “Siapa yah??” Tanya Bunga pada seseorang yang mengetuk di luar sana. Dan masih terdengar ketukan dan salam. Dan bergegas Bunga berdiri dan membukakan pintu.
“Assalamu’alaikum..” Suara di balik pintu terdengar lagi.
“Wa’alaikumsalam” Jawab Bunga sambil membukakan pintu. “Owh ibu, kirain siapa!!”
“Iya neng, ini nasi nya udah mateng.” Jawab Ibu Darsih sambil menyodorkan bungkusan plastik hitam dengan tiga bungkus nasi di dalamnya. Beliau adalah ibu penjaga warung langganan Bunga yang letaknya berdampingan dengan kostannya. Seperti biasa Bunga selalu memesan nasi padanya.
“Iya ibu, makasih.” Jawab Bunga sambil memberikan uangnya.
“Makasih ya neng.” Jawab Bu Darsih. “Lagi ngapain neng? Rajin beres-beres.” Tanya bu Darsih.
“Owh.. iya bu! Lagi siap-siap buat besok liburan sama temen-temen di kampus.” Jawab Bunga sambil tersenyum.
“Owh iya udah. Ibu pergi dulu ya neng!!” tutur bu Diah. “Assalamu’alaikum.”
“Iya ibu, sekali lagi makasih.” Jawab Bunga. “Wa’alaikumsalam.”
Saat Bunga hendak menutupkan pintunya, terdengar suara motor yang sedikit kenal dengan menggunakan Honda Varionya. Semakin mendekat dan dia berhenti tepat didepan kostan Bunga. Nampaklah wajah eloknya saat ia membukakan helm yang membungkus wajahnya.
“Neni!! Kirain siapa, pantes berasa kenal tadi tuh.” Ujar Bunga.
“Hahaha.. kebiasaan kamu ini, masa sama temen sendiri gak kenal.” Jawab Neni disertai dengan tawa yang puas. “Owh iyah! Baru ingat aku, Dini juga ikut, tapi dia besok di jemput. Soalnya sekarang lagi ada kegiatan, jadi gak bisa nginep disini.” Lanjut Neni.
“Wah!! Dia ikut?? Syukur deh. Kangen banget sama dia, dah lama gak ketemu.” Jawab Bunga dengan penuh suka cita. Karena sebelumnya, Dini mengabari tidak bisa ikut karena kegiatannya yang padat. “Ya udah ayo cepet masuk!!” Lanjutnya.
“Iya santai aja, duluan ajah.” Jawab Neni sambil memarkirkan motornya.
“Duluan yah??” Ucap Bunga sambil berjalan perlahan masuk kedalam.
“Siap.” Jawab Neni.
Kumandang adzan menggema hingga ke hati. Waktu melaksanakan sholat Isya telah tiba. Satu persatu dari mereka masuk ke kamar mandi bergegas untuk berwudhu. Dan Bunga mempersiapkan tempat untuk sahabat-sahabatnya sholat berjamaah, tak sengaja Bunga menyenggol lemari yang berada di belakangnya. Dan satu foto yang terbingkai jatuh ke lantai. Diambilnya foto tersebut dan di taruhnya ke tempat asalnya. Foto tersebut sontak membuat Bunga jadi teringat masa lalunya saat pertama masuk, dan melihat foto-foto yang lainnya yang berada di atas lemari. Yang membuat memori masa lalunya kembali. Dia teringat saat baru pertama kali masuk ke UIN.
***
Kembali ke dua tahun yang lalu.
Tanggal 28 Agustus 2011 adalah hari dimana para peserta tes di UIN Sunan Gunung Djati Bandung akan merasakan ketegangan, karena hasil dari tes akan di umumkan tepat dini hari nanti pukul 00.00 WIB. Dalam kemelut malam yang dingin Bunga berharap dapat masuk ke jurusan yang dia harapkan. Jurusan Pendidikan Biologi di Fakultas Tarbiyah adalah target utamanya. Namun takdir tak memihaknya, dengan hati yang mempunyai aura hitam berselubung putih di dalamnya memaksakan diri untuk menerima takdir yang mengharuskan masuk jurusan Bahasa dan Sastra Arab di Fakultas Adab dan Humaniora. Karena sebelum-sebelumnya dia tidak diterima di UPI dalam program bidik misi, dan SNMPTN pun dia tidak masuk. Ini adalah harapan terakhirnya agar dapat kuliah.
Udara dingin sayup menyelimuti kulitnya, kegiatan pertama akan dia jalani bersama para calon mahasiswa yang beruntung. Tak terbiasa Dia menggunakan jilbab, karena sedari dulu dia tidak pernah menggunakannya kecuali saat pengajian. Dia teringat orang yang pertama berkenalan dengannya adalah Nabila. Saat sedang di kantin dan membeli beberapa makanan Nabila lupa dengan Uangnya, yang kebetulan di belakangnya adalah Bunga.
“Aduh kak saya lupa uangnya ketinggalan.” Ucap Nabila kepada sang kasir. “Kayaknya saya gak jadi beli.” Keluhnya.
“Ambil aja gak apa-apa kok. Biar saya yang bayar” Serobot Bunga dari belakang.
“Owh gak usah gak apa-apa. Makasih.” Jawab Nabila.
“Udah ambil ajah!!” Jawab Bunga dengan tersenyum. “Jadi berapa bang??” Tanya Bunga kepada sang Kasir sambil menyodorkan uang.
Karena saat itu Nabila tidak membawa uang, Bunga membayarkannya dengan tulus dengan mendapatkan bayaran yang menjadikann Nabila menjadi Sahabat paling dekat Bunga.
Setiap kegiatan berlangsung, Bunga dan Nabila selalu bersama. Dan Nabila  juga memperkenalkan sahabat barunya Neni kepada Bunga.
“Bunga!! Ini Neni temen aku pas waktu Bimtes.” Ujar Nabila kepada Bunga.
“Bunga.” Ujar Bunga sambil menyodorkan tangannya kepada Neni.
“Neni.” Balas Neni menyambut uluran tangan Bunga.
Terik matahari kian menembus baju putih yang mereka kenakan. Hari terakhir OPAK sedang mereka jalankan. Berbagai kegiatan telah mereka lalui bersama. Hingga matahari semakin lama semakin mengelam. Langit biru kembali menggelap. Udara panas berubah menjadi dingin. Kegiatan OPAK pun telah selesai.
Mentari terbit dan terbenam setiap harinya. Jarum jam berputar tak henti. Waktu terus berganti bergilir setiap harinya. Tak terasa telah setengah perjalanan Bunga menempuh masa perkuliahannya. Perlahan demi perlahan dia banyak mendapatkan pengalaman. Terutama sejak Neni mengenalkan Bunga dengan Dini teman sekelas Neni di kampus. Dini seorang mahasiswi yang pintar tidak hanya dalam kegiatan perkuliahannya, dia juga pintar dalam masalah agama. Dini banyak mengajarkan Bunga dalam agama. Selain itu, di kampus juga banyak mata perkuliahan yang menyinggung agama. Hingga tak seharipun Bunga ketinggalan untuk belajar agama.
Kumandang Adzan Magrib telah menyeru umat muslim untuk sholat. Seperti biasanya Bunga diajak Dini untuk pergi berjamaah di mesjid. Seusai sholat  berjamaah, Bunga tak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk meminta solusi kepada Dini. Sesaat setelah para jamaah meninggalkan mesjid.
“Din, Aku pengen berubah Din!! Aku sudah banyak belajar tentang agama tetapi aku gak tau harus mulai darimana??” Keluh Bunga. “Apa kamu tau gimana caranya?? Sedangkan kamu tau aku seperti apa!! Tolong dong?” Tanya Bunga.
“Kerjakan dari yang terkecil aja dulu!! Bertahap, satu per satu kamu rubah sikapmu.” Jawab Dini. “Tapi menurutku, kamu udah baik kok!!” Pujinya. “Owh iyah!! Ingat aja bahwa Allah selalu melihat kita. Dikala kita berbuat baik dan buruk. Mangkannya kita harus bersyukur bahwa kita masuk Perguruan Tinggi yang bernuansakan Islam, memang sih pasti ada  yang aneh-aneh. Setidaknya kita punya mata kuliah islam lebih banyak di banding dengan Kampus lain. Iya kan?? Dengan itu kita bisa banyak belajar. Dan saling ingat mengingatkan aja kalo ada yang salah.. hehe” Ujarnya sambil nyengir.
“Iya sih!!” Pikir Bunga. “Hmm.. kalo gitu ingatkan aku yah kalo ada yang salah??” Tanya Bunga pada Dini dengan wajah yang bersinar ceria.
“Kita saling ingat mengingatkan aja.” Jawab Dini.
Udara dingin sejukkan pikiran. Mentari terbit perlahan terangi sang bumi. Suasana perkuliahan seperti biasa ramai. Tak hentinya para mahasiswa berlontang-lanting berjalan kesana kemari. Berjejeran mahasiswa sedang duduk di lantai dengan laptop dan bukunya masing-masing. Diantara mereka Bunga sedang duduk ditemani bukunya. Terkadang selalu teringat dan terbayang yang selalu dikatakan Dini agar bersyukur dan bangga kepada kampusnya. Dengan hal itu Bunga ingin sekali menjadi salah satu dari banyak orang yang merubah kampusnya menjadi lebih baik. Tekadnya selalu berkobar di hati. Dia bangga dengan apa yang dia dapat selama ini. Yang mempertemukannya dengan banyak orang yang mengajarinya hidup lebih baik. Terkadang pun menyesal dengan yang dia perbuat semasa remajanya dulu. Tapi itu bukan menjadi sebuah bumerang bagi Bunga, namun sebuah dorongan agar selalu ingat akan dosa-dosanya dan merubah sikapnya dahulu.
***
Malam semakin gelap. Sholat Isya telah mereka laksanakan. Foto-foto pun telah berjejer rapih di tempatnya semula. Acara makan bersama pun jadi pilihan selanjutnya. Nasi bungkus yang dibawa Bu Darsih telah siap di santap. Bunga, Nabila dan Neni telah duduk di lantai bersama. Dengan nasi dan obrolan-obrolan kenangan mereka, hingga mata-mata tak mampu menahan air mata bahagia. Hingga malam semakin larut, mereka terus saja berbincang.
“Huaaahhh.” Nabila menguap sambil menutupi mulutnya dengan tangan kanannya.
“Kayaknya udah waktunya buat istirahat nih!!” Ujar Neni.
“Iya!! Mata udah gak bisa di ajak kompromi juga.” Jawab Nabila.
“Gak kerasa sekarang udah jam satu!!” Ucap Bunga menatap jam dinding yang tergantung. “Ya udah kita tidur sekarang. besok pagi kan harus bangun!!” Bunga berdiri sambil menyiapkan tempat tidur.
“Siaapp!!” teriak Nabila.
Dinginnya malam tak terasa saat Bunga, Nabila dan Neni tidur bertiga dalam satu selimut. Seraya semua berdoa. Sambil memejamkan mata, mereka tak henti bercanda. Hingga mereka tertidur pulas.
“Aku janji akan memberikan sesuatu yang dapat membayar bentuk terima kasihku untuk kampusku kelak, bersama sahabat-sahabatku yang selama ini berjuang bersamaku.” Tutur Bunga dalam hatinya.
Malam telah terlewat. Hingga adzan Shubuh membangunkan mereka. Melanjutkan hidup di bawah beringin tua.

(Karya: Abdul Latif (Chutif Bageur)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Buku Tamu