Hembus angin membawa kisah di bawah beringin tua.
Sebuah kampus Negeri Islam di Bandung menjadi sebuah sorotan kehidupan. Kampus
yang menjadi harapan dan menjadi sebuah kenangan. Telah masuk pada detik waktu
yang tak terlupakan.
Kini dia bersyukur kepada Sang Maha Pengasih. Yang
senantiasa memberikannya sebuah pilihan, yang tidak semudah ia dapat
membalikkan kedua telapak tangan. Memberi sebuah arahan yang dapat mengubah
hidupnya menjadi lebih indah. Memberi sebuah pembelajaran kehidupan. Dimana
saatnya ia harus berdiri dan berlari juga harus duduk dan terdiam.
Di sudut sebuah tempat berteduh, terlihat seorang gadis
yang sedang duduk manis dengan bukunya yang berwarna jingga tebal di tangannya.
Dengan jilbab biru yang membalut kepalanya, dengan wajah tersenyum, seakan ia
sedang menyaksikan sebuah realita kehidupan.
Yah!! Bunga-lah namanya. Seorang mahasiswi Bahasa dan
Sastra Arab di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung itu adalah
sosok yang cantik parasnya, manis senyumnya, juga anggun dilihatnya. Tak heran
jika banyak lawan jenisnya yang berusaha untuk mendekatinya. Meski terlihat
anggun, terdapat beberapa hal yang mengesankan dalam dirinya. Dengan
semangatnya, ia selalu bertutur bahasa yang energik namun lembut. Yang dapat
membuat kebanyakan temannya itu sontak semangat. Dan membuat temannya menjadi lebih
terdorong untuk semangat. Salah satu kelebihan yang jarang mahasiswa punya.
Sore itu, di tempat Bunga terdiam sepi dengan bukunya,
rerintikan hujan turun dari gumpalan awan yang telah melalui proses penguapan
air di laut.
“Bunga!!” Suara yang entah dari mana asalnya, sontak
mengejutkan Bunga yang sedang membaca.
“Bunga!!” Seseorang yang bernama Nabila menepuk bahu
kanannya, hingga suasana yang damai berubah menjadi suasana yang tegang bagi
Bunga.
“Kamu!!” Sentak Bunga. “Kaget tau. Dari mana kamu? Sedari
tadi aku nunggu nih!” keluhnya.
“Hee.. Maaf, abisnya tadi kebablasan ngobrol sama
temen, he.. lupa deh kamu udah nunggu. hiii” jawabnya sambil nyengir.
“Kebiasaan banget kamu.” Sentak Bunga. “Gimana? Sekarang
jadi kan?” tanyanya.
“Jadi donk!” saut Nabila sambil tersenyum.
Sahabat Bunga yang paling dekat ini adalah sosok yang
periang, baik, dan agresif. Sosok yang selalu tampil modis dan berbeda style
setiap harinya. Maklum dia seorang jilbabers. Yang cinta akan dunia fashion.
Senja telah tiba. Angin menderu kencang, hingga
daun-daun berjatuhan. Honda Beat sedang
menanti di area parkir. Orang-orang berlulu-lalang di sepanjang jalan, mobil
bangunan pun sesekali lewat. Suasana pembangunan menjadi salahsatu sorotan bagi
orang-orang. Suara-suara mesin, dan banyak yang lainnya.
“Bunga!!” Nabila mengawali perbincangan. “Malu yah liat
kondisi kampus kita ini. Apalagi kalo ada mahasiswa atau tamu lain yang masuk
ke area kampus, pasti dalam hati mereka tertawa lihat kondisi ini.” Keluhnya.
“Loh!! Memangnya kenapa?” Jawab Bunga dengan tersenyum.
“Jangan malu!! Wong kampus kita kan sedang proses menuju pembaharuan, menuju
perubahan positif.” Dengan penuh percaya diri Bunga menjawab.
“Iya sih, tapi banyak juga yang berfikiran negatif ke
UIN termasuk aku say.” Jawab Nabila tak bergairah.
“Ya udah, toh mereka juga kan gak kuliah disini. Jadi
mereka gak tau gimana rasanya menjadi salah satu bagian dari UIN.” Senyumannya
tak henti meneguhkan hati Nabila yang sedang goyah.
“Iya sih..” Jawab Nabila.
Honda Beat sudah didepan mata. Bunga pun segera
menaikinya dan menghidupkan mesinnya. Beberapa saat sebelum Bunga berangkat
bersama Nabila yang ikut di belakang, bertemu dengan seorang ikhwan yang sudah
sekian lama di kagumi oleh Nabila. Dan itu terlihat. Saat ikhwan itu dating,
Nabila tiba-tiba saja mencubiti tangan saya, tapi itu sudah bukan hal yang aneh
bagi Bunga. Dia bernama Ryan, mahasiswa UIN jurusan Teknik Informatika semester
6 dan satu Fakultas dengan Nabila yang masih semester 4 jurusan Fisika di Fakultas
Sains dan Teknologi itu.
“Bunga!! Maaf ganggu, ini saya mau ngembaliin buku yang
waktu itu.” Ucap Ryan sambil menyodorkan buku kepada Bunga yang sedang menaiki
motornya bersama Nabila. “Kalian mau kemana?” Tanya Ryan.
“Kita mau ke kosan Bunga Kak.. Kak Ryan gimana
kabarnya? Sekarang mau kemana?” Serobot Nabila saat Bunga sudah siap menjawab.
“Hmm.. Bila.. Bila.. kamu ini yah.. gak pernah berubah.”
Tutur Bunga dalam hatinya.
“Owh.. heu.. kirain mau pada kemana.. baik.. Bunga sama
Nabila gimana kabarnya??” Jawab Ryan seperti yang kebingungan.
“Baik.. Alhamdulillah..” Jawab Bunga dan Nabila yang
hamper berbarengan. “Sudah dulu yah! Kita sedang terburu-buru, ini ngejar
waktu.” Tutur Bunga yang halus. “Kapan-kapan kita lanjut lagi yah?”
“Owh iya kalo gitu. Hati-hati yah!!” Jawab Ryan.
“Loh kok ke aku enggak kak?” Tanya Nabila dengan
mengeluh.
“Owh iyah! He.. Nabila juga yah!!” Jawab Ryan yang
sebenarnya terpaksa dengan senyum ikhlasnya.
“Iya kakak!!” Jawab Nabila dengan nada cukup energik.
Dibalik semua itu Bunga hanya menggeleng-gelengkan
kepalanya melihat tingkah Nabila itu. Memang sudah terbiasa baginya namun hari
itu entah apa sedikit berubah seperti biasanya.
Ketika langit semakin menggelap. Udara semakin dingin.
Tibalah Bunga di kostannya di daerah Cipadung. Setibanya ia disana, bergegas ia
packing untuk esok hari pergi berlibur bersama sahabat-sahabatnya. Begitu juga
Nabila yang hari itu dia menginap di tempat Bunga. Juga satu sahabat lainnya
yang sedari tadi belum tiba disana.
Tak lama kemudian, di luar terdengar suara salam di
awali dengan ketukan pintu.
“Ya tunggu!!” Teriak Bunga.
“Pasti Neni.” Ucap Nabila
“Ya semoga saja!!” harap Bunga. “Siapa yah??” Tanya
Bunga pada seseorang yang mengetuk di luar sana. Dan masih terdengar ketukan
dan salam. Dan bergegas Bunga berdiri dan membukakan pintu.
“Assalamu’alaikum..” Suara di balik pintu terdengar
lagi.
“Wa’alaikumsalam” Jawab Bunga sambil membukakan pintu.
“Owh ibu, kirain siapa!!”
“Iya neng, ini nasi nya udah mateng.” Jawab Ibu Darsih
sambil menyodorkan bungkusan plastik hitam dengan tiga bungkus nasi di dalamnya.
Beliau adalah ibu penjaga warung langganan Bunga yang letaknya berdampingan
dengan kostannya. Seperti biasa Bunga selalu memesan nasi padanya.
“Iya ibu, makasih.” Jawab Bunga sambil memberikan
uangnya.
“Makasih ya neng.” Jawab Bu Darsih. “Lagi ngapain neng?
Rajin beres-beres.” Tanya bu Darsih.
“Owh.. iya bu! Lagi siap-siap buat besok liburan sama
temen-temen di kampus.” Jawab Bunga sambil tersenyum.
“Owh iya udah. Ibu pergi dulu ya neng!!” tutur bu Diah.
“Assalamu’alaikum.”
“Iya ibu, sekali lagi makasih.” Jawab Bunga.
“Wa’alaikumsalam.”
Saat Bunga hendak menutupkan pintunya, terdengar suara
motor yang sedikit kenal dengan menggunakan Honda Varionya. Semakin mendekat
dan dia berhenti tepat didepan kostan Bunga. Nampaklah wajah eloknya saat ia
membukakan helm yang membungkus wajahnya.
“Neni!! Kirain siapa, pantes berasa kenal tadi tuh.”
Ujar Bunga.
“Hahaha.. kebiasaan kamu ini, masa sama temen sendiri
gak kenal.” Jawab Neni disertai dengan tawa yang puas. “Owh iyah! Baru ingat
aku, Dini juga ikut, tapi dia besok di jemput. Soalnya sekarang lagi ada
kegiatan, jadi gak bisa nginep disini.” Lanjut Neni.
“Wah!! Dia ikut?? Syukur deh. Kangen banget sama dia,
dah lama gak ketemu.” Jawab Bunga dengan penuh suka cita. Karena sebelumnya,
Dini mengabari tidak bisa ikut karena kegiatannya yang padat. “Ya udah ayo
cepet masuk!!” Lanjutnya.
“Iya santai aja, duluan ajah.” Jawab Neni sambil
memarkirkan motornya.
“Duluan yah??” Ucap Bunga sambil berjalan perlahan
masuk kedalam.
“Siap.” Jawab Neni.
Kumandang adzan menggema hingga ke hati. Waktu
melaksanakan sholat Isya telah tiba. Satu persatu dari mereka masuk ke kamar
mandi bergegas untuk berwudhu. Dan Bunga mempersiapkan tempat untuk
sahabat-sahabatnya sholat berjamaah, tak sengaja Bunga menyenggol lemari yang
berada di belakangnya. Dan satu foto yang terbingkai jatuh ke lantai.
Diambilnya foto tersebut dan di taruhnya ke tempat asalnya. Foto tersebut
sontak membuat Bunga jadi teringat masa lalunya saat pertama masuk, dan melihat
foto-foto yang lainnya yang berada di atas lemari. Yang membuat memori masa
lalunya kembali. Dia teringat saat baru pertama kali masuk ke UIN.
***
Kembali ke dua tahun yang lalu.
Tanggal 28 Agustus 2011 adalah hari dimana para peserta
tes di UIN Sunan Gunung Djati Bandung akan merasakan ketegangan, karena hasil
dari tes akan di umumkan tepat dini hari nanti pukul 00.00 WIB. Dalam kemelut
malam yang dingin Bunga berharap dapat masuk ke jurusan yang dia harapkan.
Jurusan Pendidikan Biologi di Fakultas Tarbiyah adalah target utamanya. Namun
takdir tak memihaknya, dengan hati yang mempunyai aura hitam berselubung putih
di dalamnya memaksakan diri untuk menerima takdir yang mengharuskan masuk
jurusan Bahasa dan Sastra Arab di Fakultas Adab dan Humaniora. Karena sebelum-sebelumnya
dia tidak diterima di UPI dalam program bidik misi, dan SNMPTN pun dia tidak
masuk. Ini adalah harapan terakhirnya agar dapat kuliah.
Udara dingin sayup menyelimuti kulitnya, kegiatan
pertama akan dia jalani bersama para calon mahasiswa yang beruntung. Tak
terbiasa Dia menggunakan jilbab, karena sedari dulu dia tidak pernah
menggunakannya kecuali saat pengajian. Dia teringat orang yang pertama
berkenalan dengannya adalah Nabila. Saat sedang di kantin dan membeli beberapa
makanan Nabila lupa dengan Uangnya, yang kebetulan di belakangnya adalah Bunga.
“Aduh kak saya lupa uangnya ketinggalan.” Ucap Nabila
kepada sang kasir. “Kayaknya saya gak jadi beli.” Keluhnya.
“Ambil aja gak apa-apa kok. Biar saya yang bayar”
Serobot Bunga dari belakang.
“Owh gak usah gak apa-apa. Makasih.” Jawab Nabila.
“Udah ambil ajah!!” Jawab Bunga dengan tersenyum. “Jadi
berapa bang??” Tanya Bunga kepada sang Kasir sambil menyodorkan uang.
Karena saat itu Nabila tidak membawa uang, Bunga
membayarkannya dengan tulus dengan mendapatkan bayaran yang menjadikann Nabila
menjadi Sahabat paling dekat Bunga.
Setiap kegiatan berlangsung, Bunga dan Nabila selalu
bersama. Dan Nabila juga memperkenalkan sahabat
barunya Neni kepada Bunga.
“Bunga!! Ini Neni temen aku pas waktu Bimtes.” Ujar
Nabila kepada Bunga.
“Bunga.” Ujar Bunga sambil menyodorkan tangannya kepada
Neni.
“Neni.” Balas Neni menyambut uluran tangan Bunga.
Terik matahari kian menembus baju putih yang mereka
kenakan. Hari terakhir OPAK sedang mereka jalankan. Berbagai kegiatan telah
mereka lalui bersama. Hingga matahari semakin lama semakin mengelam. Langit
biru kembali menggelap. Udara panas berubah menjadi dingin. Kegiatan OPAK pun
telah selesai.
Mentari terbit dan terbenam setiap harinya. Jarum jam
berputar tak henti. Waktu terus berganti bergilir setiap harinya. Tak terasa
telah setengah perjalanan Bunga menempuh masa perkuliahannya. Perlahan demi
perlahan dia banyak mendapatkan pengalaman. Terutama sejak Neni mengenalkan
Bunga dengan Dini teman sekelas Neni di kampus. Dini seorang mahasiswi yang
pintar tidak hanya dalam kegiatan perkuliahannya, dia juga pintar dalam masalah
agama. Dini banyak mengajarkan Bunga dalam agama. Selain itu, di kampus juga
banyak mata perkuliahan yang menyinggung agama. Hingga tak seharipun Bunga
ketinggalan untuk belajar agama.
Kumandang Adzan Magrib telah menyeru umat muslim untuk
sholat. Seperti biasanya Bunga diajak Dini untuk pergi berjamaah di mesjid.
Seusai sholat berjamaah, Bunga tak
pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk meminta solusi kepada Dini. Sesaat setelah
para jamaah meninggalkan mesjid.
“Din, Aku pengen berubah Din!! Aku sudah banyak belajar
tentang agama tetapi aku gak tau harus mulai darimana??” Keluh Bunga. “Apa kamu
tau gimana caranya?? Sedangkan kamu tau aku seperti apa!! Tolong dong?” Tanya
Bunga.
“Kerjakan dari yang terkecil aja dulu!! Bertahap, satu
per satu kamu rubah sikapmu.” Jawab Dini. “Tapi menurutku, kamu udah baik
kok!!” Pujinya. “Owh iyah!! Ingat aja bahwa Allah selalu melihat kita. Dikala
kita berbuat baik dan buruk. Mangkannya kita harus bersyukur bahwa kita masuk
Perguruan Tinggi yang bernuansakan Islam, memang sih pasti ada yang aneh-aneh. Setidaknya kita punya mata
kuliah islam lebih banyak di banding dengan Kampus lain. Iya kan?? Dengan itu
kita bisa banyak belajar. Dan saling ingat mengingatkan aja kalo ada yang
salah.. hehe” Ujarnya sambil nyengir.
“Iya sih!!” Pikir Bunga. “Hmm.. kalo gitu ingatkan aku
yah kalo ada yang salah??” Tanya Bunga pada Dini dengan wajah yang bersinar
ceria.
“Kita saling ingat mengingatkan aja.” Jawab Dini.
Udara dingin sejukkan pikiran. Mentari terbit perlahan
terangi sang bumi. Suasana perkuliahan seperti biasa ramai. Tak hentinya para
mahasiswa berlontang-lanting berjalan kesana kemari. Berjejeran mahasiswa
sedang duduk di lantai dengan laptop dan bukunya masing-masing. Diantara mereka
Bunga sedang duduk ditemani bukunya. Terkadang selalu teringat dan terbayang
yang selalu dikatakan Dini agar bersyukur dan bangga kepada kampusnya. Dengan
hal itu Bunga ingin sekali menjadi salah satu dari banyak orang yang merubah
kampusnya menjadi lebih baik. Tekadnya selalu berkobar di hati. Dia bangga
dengan apa yang dia dapat selama ini. Yang mempertemukannya dengan banyak orang
yang mengajarinya hidup lebih baik. Terkadang pun menyesal dengan yang dia
perbuat semasa remajanya dulu. Tapi itu bukan menjadi sebuah bumerang bagi
Bunga, namun sebuah dorongan agar selalu ingat akan dosa-dosanya dan merubah
sikapnya dahulu.
***
Malam semakin gelap. Sholat Isya telah mereka
laksanakan. Foto-foto pun telah berjejer rapih di tempatnya semula. Acara makan
bersama pun jadi pilihan selanjutnya. Nasi bungkus yang dibawa Bu Darsih telah
siap di santap. Bunga, Nabila dan Neni telah duduk di lantai bersama. Dengan
nasi dan obrolan-obrolan kenangan mereka, hingga mata-mata tak mampu menahan
air mata bahagia. Hingga malam semakin larut, mereka terus saja berbincang.
“Huaaahhh.” Nabila menguap sambil menutupi mulutnya
dengan tangan kanannya.
“Kayaknya udah waktunya buat istirahat nih!!” Ujar
Neni.
“Iya!! Mata udah gak bisa di ajak kompromi juga.” Jawab
Nabila.
“Gak kerasa sekarang udah jam satu!!” Ucap Bunga
menatap jam dinding yang tergantung. “Ya udah kita tidur sekarang. besok pagi
kan harus bangun!!” Bunga berdiri sambil menyiapkan tempat tidur.
“Siaapp!!” teriak Nabila.
Dinginnya malam tak terasa saat Bunga, Nabila dan Neni
tidur bertiga dalam satu selimut. Seraya semua berdoa. Sambil memejamkan mata,
mereka tak henti bercanda. Hingga mereka tertidur pulas.
“Aku janji akan memberikan sesuatu yang dapat membayar
bentuk terima kasihku untuk kampusku kelak, bersama sahabat-sahabatku yang
selama ini berjuang bersamaku.” Tutur Bunga dalam hatinya.
Malam telah terlewat. Hingga adzan Shubuh membangunkan
mereka. Melanjutkan hidup di bawah beringin tua.
(Karya: Abdul Latif (Chutif Bageur)
0 komentar:
Posting Komentar