Aku tak tahu kapan aku akan sukses didalam hidupku. Aku hanya tahu bahwa aku pasti akan sukses. (Jo Coudert ) ^_^

Selasa, 21 Mei 2013

Hubungan Kritik Sastra dengan Sastra Lainnya


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Naqd Adab (Kritik Sastra)
Naqd atau kritik menurut bahasa ialah penelitian, analisis, pengecekan, pembedaan yang baik dan yang buruk, penampakan hal yang buruk, dan diskusi.[1] Sedangkan dari bahasa Yunani kata naqd atau kritik berasal dari kata krites (hakim) yang berarti menghakimi, membandingkan atau menimbang.[2]

Karena terdapat kata Kritik di dalamnya, sehingga mengandung makna apresiasi secara proporsional terhadap suatu objek dengan cara memujinya dan menjelekkannya. Namun berbeda dengan bahasa keseharian (bahasa lisan) Indonesia populer yang mengalami penyempitan makna, yaitu makna menjelekkan suatu objek tertentu, walaupun makna ini juga menjadi bagian dari makna leksikal kritik. Sehingga, berdasarkan makna leksikal tersebut naqd atau kritik didefinisikan sebagai proses meneliti apa saja yang membedakan antara karakter yang baik dan yang buruk dan juga menilainya sesuai dengan ukuran-ukuran tertentu.[3]
Sedangkan adab atau sastra dalam hal ini menunjukkan pengertian al-adab al-insyai yang artinya ekspresi bahasa yang indah yang menggunakan gaya bahasa yang indah juga menggunakan gaya bahasa yang berbeda dari gaya bahasa biasa, karena mengandung estetika bentuk dan makna.[4]
Setelah penjelasan naqd dan adab di atas, disimpulkan bahwa naqd adab atau kritik sastra berarti pengkajian terhadap karya sastra yang menganalisis dan menjelaskannya agar dapat dipahami dan dinikmati pembaca dan kemudian dinilainya secara objektif. Dan kritik sastra ini adalah kajian yang menerangkan tentang pemahaman, penghayatan, penafsiran juga penilaian terhadap karya sastra.[5]
Namun menurut Andre Hadjana[6], dalam bukunnya mendefinisikan bahwa kritik sastra sebagai hasil usaha pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran sistematik: yang dinyatakan dalam bentuk tertulis.[7]
B.     Hubungan Kritik Sastra dengan Sastra Lainnya
Dalam disiplin ilmu sastra, naqd adab merupakan salah satu dari bagian al-adab al-wasfi yang terdiri dari:[8]
a.       Teori Sastra (nazariyyah al-adab),
b.      Sejarah Sastra (tarikh al-adab), dan
c.       Kritik Sastra (naqd al-adab)
Teori sastra didalam al-adab al-wasfi ialah yang membicarakan hal-hal dasar seperti pengertian-pengertian dasar tentang sastra, unsur-unsur yang membangun karya sastra, jenis-jenis sastra, dan perkembangan serta kerangka pemikiran para pakar tentang apa yang mereka namakan sastra dan cara mengkajinya. Sejarah sastra dalam al-adab al-wasfi ialah yang memperlihatkan perkembangan karya sastra (kontinutias dan perubahan sastra sepanjang sejarah), tokoh-tokoh, dan ciri-ciri dari masing-masing tahap perkembangan tersebut. Sementara kritik sastra itu sendiri dalam al-adab al-wasfi ialah yang memperbincangkan pemahaman, penghayatan, penafsiran dan penilaian terhadap karya sastra.[9]
Menurut Rene Wellek dan Austin[10] dalam wilayah sastra perlu terlebih dahulu ditarik perbedaan antara sastra di satu pihak dengan teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra di pihak lain. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif. Sedangkan teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra merupakan cabang ilmu sastra. Teori sastra adalah studi prinsip, kategori, kriteria yang dapat diacu dan dijadikan titik tolak dalam telaah di bidang sastra. Sedangkan studi terhadap karya konkret disebut kritik sastra dan sejarah sastra. Ketiganya berkaitan erat sekali. Tidak mungkin kita menyusun teori sastra tanpa kritik sastra dan teori sastra, kritik sastra tanpa teori sastra dan sejarah sastra.[11]
Ketiga bagian antara teori, sejarah dan kritik sastra di atas saling berkaitan dan ketergantungan antara satu dengan yang lainnya, seperti dibawah ini:[12]
a.       Hubungan Sejarah Sastra dengan Teori Sastra
Sejarah sastra banyak memerlukan bahan-bahan pengetahuan tentang teori sastra. Misalnya, pembicaraan tentang suatu angkatan tidak akan terlepas dari gaya bahasa, aliran, genre sastra, latar belakang cerita, tema, dan sebagainya.
Sebaliknya, teori sastra pun memerlukan bahan-bahan dari hasil penyelidikan sejarah sastra. Pembicaraan tentang gaya bahasa atau tentang suatu aliran tidak dapat dilepaskan dari perkembangan sastra secara keseluruhan. Suatu pengertian dalam teori sastra kemungkinan mengalami perubahan dan perkembangan. Misalnya, pengertian puisi, cerpen, novel, dan lain-lain mengalami perkembangan karena data-data tentang genre sastra tersebut memang berkembang.
b.      Hubungan Sejarah Sastra dengan Kritik Sastra
Sajarah sastra memerlukan bantuan juga dari kritik sastra. Tidak semua karya sastra yang pernah terbit dijadikan bahan penelitian sejarah sastra, tapi terbatas pada sejumlah karya sastra tertentu.
Untuk memilih dan menentukan karya sastra yang menjadi objek penyelidikan sejarah sastra itu diperlukan bahan-bahan dari kritik sastra; sebab tugas kritik sastralah untuk menentukan nilai suatu karya sastra. Sebaliknya, kritik sastra pun membutuhkan bahan-bahan dari sejarah sastra, terutama di dalam usaha menentukan asli tidaknya suatu karya sastra atau ada tidaknya pengaruh dari sastra lain.
c.       Hubungan Kritik Sastra dengan Teori Sastra
Hubungan kritik sastra dan teori sastra sangat jelas. Usaha kritik sastra tidak akan berhasil tanpa dilandasi oleh dasar-dasar pengetahuan tentang teori sastra. Jika kita hendak mengadakan suatu telaah/kritik terhadap suatu cerita novel, terlebih dahulu kita harus memiliki pengetahuan tentang apa yang disebut novel, tentang unsur-unsur suatu novel, misalnya tema, plot, gaya bahasa, perwatakan, setting, sudut pandang cerita, dan sebagainya. Demikian juga jika kita hendak mengadakan suatu analisis terhadap suatu/kritik terhadap suatu puisi, kita kita harus tahu apa hakikat puisi tersebut, apa yang dimaksud dengan bait, rima, ritma, dan sebagainya. Teori sastra merupakan sebagian modal bagi pelaksanaan kritik sastra.
Sebaliknya, teori sastra pun memerlukan bahan-bahan dari kritik sastra, bahkan sebenarnya kritik sastra merupakan pangkal dari teori sastra. Teori tanpa data merupakan teori yang kosong.
Seperti halnya dijelaskan di atas, Kita tak dapat menyusun teori sastra tanpa kritik dan sejarah sastra, sejarah sastra tanpa kritik dan teori sastra, dan kritik sastra tanpa teori dan sejarah. Kritik sastra tidak akan mencapai sasaran apabila teori dan sejarah sastra tidak dijadikan landasan berpijak. Demikian dengan teori dan sejarah sastra, karena teori sastra tidak akan pernah sempurna tanpa bantuan sejarah dan kritik sastra sepanjang zaman. Hal yang sama tidak dapat dipaparkan apabila teori dan kritik sastra tidak jelas.[13]
C.    Hubungan Kritik sastra dengan ilmu sosial
Pada abad 20, kritik sastra mengalami perkembangan, karena terdapat sumbangan dari ilmu-ilmu kemasyarakatan dan psikologi, secara garis besarnya yang membantu perkembangan kritik sastra adalah psikologi dan sosiologi.[14]
Berkembangnya sosiologi sastra dalam kerangka kritik sastra menimbulkan lahirnya pendekatan sosiologis dalam kegiatan kritik sastra. Sosiologi sastra merupakan bagian mutlak dari kritik sastra. Ia mempunyai kedudukan tersendiri dalam menelaah sastra dengan memperhatikan aspek-aspek sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu, hasil telaahan tersebut, dengan sendirinya digolongkan dalam kriteria produk kritik sastra.
Dengan mempelajari dan mengkaji keadaan sosial serta segala macam permasalahannya, baik itu dalam perekonomian, keagamaan, ataupun politik, kita akan mendapatkan sebuah gambaran besar mengenai cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dan mekanisme kemasyarakatannya. Karena pada dasarnya, proses sastra dalam hal kritik sastra, memiliki persamaan dengan ilmu sosial yakni sama-sama berurusan dengan manusia, bahkan kegiatan sastra diciptakan oleh anggota masyarakat itu sendiri -sastrawan- untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Ada sebuah fakta yang menunjukkan sebagian kritikus sastra memandang bahwa aspek-aspek kemasyarakatan yang terungkap dalam suatu karya sastra merupakan ukuran penting untuk digunakan.
Atar Semi mengungkapkan sisi lain tentang kritik sastra dalam pendekatan ilmu sosial. Menurutnya, tidak sedikit pula kritikus yang mendapatkan manfaat kritik sastra dengan menggunakan metode ilmu sosial ini. Dengan pendekatan sosiologis, seseorang dapat menunjukkan sebab akibat dan latar belakang lahirnya sebuah karya sastra, bahkan dapat membantu kritkus agar terhindar dari kekeliruan hakekat karya sastra yang dikritik atau ditelaah, terutama mengetahui beberapa aspek sosial yang harus diketahui sebelum melakukan kritikan atau telaahan.[15]

Kemudian Andre Hardjanan juga mengungkapkan pendapatnya tentang ilmu sosiologi dengan kritik sastra. Hubungan antara ilmu sosiologi dan kritik sastra pada dasarnya mirip dengan hubungan psikologi dengan kritik. Kecenderungan kritik sastra yang menggantungkan diri pada hubungan tersebut menonjolkan unsur luar dan dalam sebagai faktorgenetik. Oleh karena itu masyarakat tertentu yang menghidupi seorang kiritikus dengan sendirinya akan melahirkan jenis karya sastra tertentu,  karena didasari kecenderungan tata masyarakat bersifat normatif. Dengan sendirinya, masyarakat merupakan faktor yang menentukan apa yang harus ditulis orang, bagaimana menulisnya, untuk siapa karya sastra ditulis dan apa tujuan atau maksudnya.[16]

[1] Syukron Kamil. Teori Kritik Sastra Arab. (Jakarta: Rajawali Pers, 2009). hal. 51
[2] Atar Semi. Kritik Sastra. (Bandung: Angkasa, 1989). hal. 7
[3] Syukron Kamil … hal. 51
[4] Syukron Kamil … hal. 6
[5] Syukron Kamil … hal. 52
[6] Andre Hardjana, Lahir 8 November 1940 dan dibesarkan di Yogyakarta. Dasar pendidikan akademik diperolehnya di Yogyakarta, tetapi pendidikan keahliannya ditempuh di Belanda dan Amerika Serikat. Seteah mencapai gelar Sarjana Muda bahasa dan sastra Inggris di IKIP Sanata Dharma dan Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gajah Mada. Ia juga adalah dosen dan peneliti, dan mengajar Metodologi Penelitian Sosial dan Sosiologi Ekonomi Pembangunan dan Poetry di Jurusan Inggris, Universitas Atma Jaya, Jakarta.
[7] Atar Semi … hal. 10
[8] Syukron Kamil … hal. 5
[9] Syukron Kamil … hal. 5
[10] René Wellek berbicara sastra Ceko dan Jerman belajar di Praha, sebelum mengajar di Sekolah Slavia Studi dan Eropa Timur pada tahun 1935, sekarang bagian dari Universitas College London. Dengan Dunia II Perang imigrasi ke Amerika Serikat, mengajar di University of Iowa selama tujuh tahun. Pada tahun 1946 didirikan di Yale di mana ia mulai departemen sastra komparatif, pertama di Amerika Serikat. Dan Edward Austin Warren Jr lahir di Waltham, Massachusetts pada tanggal 4 Juli 1899. Dia sekolah dasar umum di Waltham High School. Warren masuk Universitas Wesleyan antusias pada musim gugur 1916, Sebagai seorang senior yang mencoba-coba menulis puisi dan kritik dan terpilih Phi Beta Kappa , pada wisuda, ia adalah penyair kelas. Ia lulus di jurusan bahasa Latin dan minor dalam bahasa Inggris.
[11] Rene Wellek dan Austin Warren. Teori Kesusastraan. (Jakarta: PT Gramedia, 1989. Terjemahan Meliani Budianta). hal. 38
[13] Syukron Kamil … hal. 52
[14] Andre Hardjana, Kritik Sastra Sebuah Pengantar,...................................  hal 59.
[15]Atar semi, Kritik Sastra,............................................................................hal 62.
[16] Andre Hardjana, Kritik Sastra Sebuah Pengantar,................................... hal 70.
[17] Syukron Kamil … hal. 52
[18] Atar Semi … hal. 9
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Buku Tamu