BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Naqd
Adab (Kritik Sastra)
Naqd atau kritik
menurut bahasa ialah penelitian, analisis, pengecekan, pembedaan yang baik dan
yang buruk, penampakan hal yang buruk, dan diskusi.[1]
Sedangkan dari bahasa Yunani kata naqd atau kritik berasal dari kata krites
(hakim) yang berarti menghakimi, membandingkan atau menimbang.[2]
Karena terdapat kata Kritik di dalamnya,
sehingga mengandung makna apresiasi secara proporsional terhadap suatu objek dengan
cara memujinya dan menjelekkannya. Namun berbeda dengan bahasa keseharian
(bahasa lisan) Indonesia populer yang mengalami penyempitan makna, yaitu makna
menjelekkan suatu objek tertentu, walaupun makna ini juga menjadi bagian dari
makna leksikal kritik. Sehingga, berdasarkan makna leksikal tersebut naqd
atau kritik didefinisikan sebagai proses meneliti apa saja yang membedakan
antara karakter yang baik dan yang buruk dan juga menilainya sesuai dengan
ukuran-ukuran tertentu.[3]
Sedangkan adab atau sastra dalam hal
ini menunjukkan pengertian al-adab al-insyai yang artinya ekspresi
bahasa yang indah yang menggunakan gaya bahasa yang indah juga menggunakan gaya
bahasa yang berbeda dari gaya bahasa biasa, karena mengandung estetika bentuk
dan makna.[4]
Setelah penjelasan naqd dan adab di
atas, disimpulkan bahwa naqd adab atau kritik sastra berarti
pengkajian terhadap karya sastra yang menganalisis dan menjelaskannya agar
dapat dipahami dan dinikmati pembaca dan kemudian dinilainya secara objektif.
Dan kritik sastra ini adalah kajian yang menerangkan tentang pemahaman,
penghayatan, penafsiran juga penilaian terhadap karya sastra.[5]
Namun menurut Andre Hadjana[6],
dalam bukunnya mendefinisikan bahwa kritik sastra sebagai hasil usaha pembaca
dalam mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan
penafsiran sistematik: yang dinyatakan dalam bentuk tertulis.[7]
B.
Hubungan Kritik
Sastra dengan Sastra Lainnya
Dalam disiplin ilmu sastra, naqd adab merupakan salah satu
dari bagian al-adab al-wasfi yang terdiri dari:[8]
a.
Teori Sastra (nazariyyah al-adab),
b.
Sejarah Sastra (tarikh al-adab),
dan
c.
Kritik Sastra (naqd al-adab)
Teori sastra didalam al-adab al-wasfi ialah yang
membicarakan hal-hal dasar seperti pengertian-pengertian dasar tentang sastra, unsur-unsur
yang membangun karya sastra, jenis-jenis sastra, dan perkembangan serta
kerangka pemikiran para pakar tentang apa yang mereka namakan sastra dan cara
mengkajinya. Sejarah sastra dalam al-adab al-wasfi ialah yang
memperlihatkan perkembangan karya sastra (kontinutias dan perubahan sastra
sepanjang sejarah), tokoh-tokoh, dan ciri-ciri dari masing-masing tahap
perkembangan tersebut. Sementara kritik sastra itu sendiri dalam al-adab
al-wasfi ialah yang memperbincangkan pemahaman, penghayatan, penafsiran dan
penilaian terhadap karya sastra.[9]
Menurut Rene Wellek dan Austin[10]
dalam wilayah sastra perlu terlebih dahulu ditarik perbedaan antara sastra di
satu pihak dengan teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra di pihak
lain. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif. Sedangkan teori sastra, kritik
sastra, dan sejarah sastra merupakan cabang ilmu sastra. Teori sastra adalah
studi prinsip, kategori, kriteria yang dapat diacu dan dijadikan titik tolak
dalam telaah di bidang sastra. Sedangkan studi terhadap karya konkret disebut
kritik sastra dan sejarah sastra. Ketiganya berkaitan erat sekali. Tidak
mungkin kita menyusun teori sastra tanpa kritik sastra dan teori sastra, kritik
sastra tanpa teori sastra dan sejarah sastra.[11]
Ketiga bagian antara teori, sejarah dan kritik sastra di atas
saling berkaitan dan ketergantungan antara satu dengan yang lainnya, seperti
dibawah ini:[12]
a.
Hubungan Sejarah Sastra dengan
Teori Sastra
Sejarah sastra banyak memerlukan bahan-bahan
pengetahuan tentang teori sastra. Misalnya, pembicaraan tentang suatu angkatan
tidak akan terlepas dari gaya bahasa, aliran, genre sastra, latar belakang
cerita, tema, dan sebagainya.
Sebaliknya, teori sastra pun memerlukan
bahan-bahan dari hasil penyelidikan sejarah sastra. Pembicaraan tentang gaya
bahasa atau tentang suatu aliran tidak dapat dilepaskan dari perkembangan
sastra secara keseluruhan. Suatu pengertian dalam teori sastra kemungkinan
mengalami perubahan dan perkembangan. Misalnya, pengertian puisi, cerpen, novel,
dan lain-lain mengalami perkembangan karena data-data tentang genre sastra
tersebut memang berkembang.
b.
Hubungan Sejarah Sastra dengan
Kritik Sastra
Sajarah sastra memerlukan bantuan juga dari
kritik sastra. Tidak semua karya sastra yang pernah terbit dijadikan bahan
penelitian sejarah sastra, tapi terbatas pada sejumlah karya sastra tertentu.
Untuk memilih dan menentukan karya sastra yang
menjadi objek penyelidikan sejarah sastra itu diperlukan bahan-bahan dari
kritik sastra; sebab tugas kritik sastralah untuk menentukan nilai suatu karya
sastra. Sebaliknya, kritik sastra pun membutuhkan bahan-bahan dari sejarah
sastra, terutama di dalam usaha menentukan asli tidaknya suatu karya sastra
atau ada tidaknya pengaruh dari sastra lain.
c.
Hubungan Kritik Sastra dengan Teori
Sastra
Hubungan kritik sastra dan teori sastra sangat
jelas. Usaha kritik sastra tidak akan berhasil tanpa dilandasi oleh dasar-dasar
pengetahuan tentang teori sastra. Jika kita hendak mengadakan suatu
telaah/kritik terhadap suatu cerita novel, terlebih dahulu kita harus memiliki
pengetahuan tentang apa yang disebut novel, tentang unsur-unsur suatu novel,
misalnya tema, plot, gaya bahasa, perwatakan, setting, sudut pandang cerita,
dan sebagainya. Demikian juga jika kita hendak mengadakan suatu analisis
terhadap suatu/kritik terhadap suatu puisi, kita kita harus tahu apa hakikat puisi
tersebut, apa yang dimaksud dengan bait, rima, ritma, dan sebagainya. Teori
sastra merupakan sebagian modal bagi pelaksanaan kritik sastra.
Sebaliknya, teori sastra pun memerlukan
bahan-bahan dari kritik sastra, bahkan sebenarnya kritik sastra merupakan
pangkal dari teori sastra. Teori tanpa data merupakan teori yang kosong.
Seperti halnya dijelaskan di atas, Kita tak dapat menyusun teori
sastra tanpa kritik dan sejarah sastra, sejarah sastra tanpa kritik dan teori
sastra, dan kritik sastra tanpa teori dan sejarah. Kritik sastra tidak akan
mencapai sasaran apabila teori dan sejarah sastra tidak dijadikan landasan
berpijak. Demikian dengan teori dan sejarah sastra, karena teori sastra tidak
akan pernah sempurna tanpa bantuan sejarah dan kritik sastra sepanjang zaman. Hal
yang sama tidak dapat dipaparkan apabila teori dan kritik sastra tidak jelas.[13]
C.
Hubungan Kritik sastra dengan ilmu sosial
Pada abad 20, kritik sastra mengalami perkembangan, karena terdapat
sumbangan dari ilmu-ilmu kemasyarakatan dan psikologi, secara garis besarnya
yang membantu perkembangan kritik sastra adalah psikologi dan sosiologi.[14]
Berkembangnya sosiologi sastra dalam kerangka kritik sastra menimbulkan
lahirnya pendekatan sosiologis dalam kegiatan kritik sastra. Sosiologi sastra
merupakan bagian mutlak dari kritik sastra. Ia mempunyai kedudukan tersendiri
dalam menelaah sastra dengan memperhatikan aspek-aspek sosial kemasyarakatan.
Oleh karena itu, hasil telaahan tersebut, dengan sendirinya digolongkan dalam
kriteria produk kritik sastra.
Dengan mempelajari dan mengkaji keadaan sosial serta segala macam
permasalahannya, baik itu dalam perekonomian, keagamaan, ataupun politik, kita
akan mendapatkan sebuah gambaran besar mengenai cara-cara manusia menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitar dan mekanisme kemasyarakatannya. Karena pada
dasarnya, proses sastra dalam hal kritik sastra, memiliki persamaan dengan ilmu
sosial yakni sama-sama berurusan dengan manusia, bahkan kegiatan sastra
diciptakan oleh anggota masyarakat itu sendiri -sastrawan- untuk dinikmati,
dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Ada sebuah fakta yang menunjukkan
sebagian kritikus sastra memandang bahwa aspek-aspek kemasyarakatan yang
terungkap dalam suatu karya sastra merupakan ukuran penting untuk digunakan.
Atar Semi mengungkapkan sisi lain tentang kritik sastra dalam pendekatan ilmu
sosial. Menurutnya, tidak sedikit pula kritikus yang mendapatkan manfaat kritik
sastra dengan menggunakan metode ilmu sosial ini. Dengan pendekatan sosiologis,
seseorang dapat menunjukkan sebab akibat dan latar belakang lahirnya sebuah
karya sastra, bahkan dapat membantu kritkus agar terhindar dari kekeliruan
hakekat karya sastra yang dikritik atau ditelaah, terutama mengetahui beberapa
aspek sosial yang harus diketahui sebelum melakukan kritikan atau telaahan.[15]
Kemudian Andre Hardjanan juga mengungkapkan pendapatnya tentang ilmu
sosiologi dengan kritik sastra. Hubungan antara ilmu sosiologi dan kritik
sastra pada dasarnya mirip dengan hubungan psikologi dengan kritik. Kecenderungan kritik sastra yang menggantungkan diri pada hubungan tersebut menonjolkan unsur luar dan dalam sebagai faktorgenetik. Oleh karena itu masyarakat tertentu yang
menghidupi seorang kiritikus dengan sendirinya akan melahirkan jenis karya sastra tertentu, karena didasari kecenderungan tata masyarakat bersifat normatif. Dengan sendirinya, masyarakat merupakan faktor yang menentukan apa yang harus ditulis orang, bagaimana menulisnya, untuk siapa karya sastra ditulis dan apa tujuan atau maksudnya.[16]
[1] Syukron Kamil. Teori Kritik Sastra Arab. (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009). hal. 51
[2] Atar Semi. Kritik Sastra. (Bandung:
Angkasa, 1989). hal. 7
[3] Syukron Kamil … hal. 51
[4] Syukron Kamil … hal. 6
[5] Syukron Kamil … hal. 52
[6] Andre Hardjana, Lahir 8 November 1940 dan
dibesarkan di Yogyakarta. Dasar pendidikan akademik diperolehnya di Yogyakarta,
tetapi pendidikan keahliannya ditempuh di Belanda dan Amerika Serikat. Seteah
mencapai gelar Sarjana Muda bahasa dan sastra Inggris di IKIP Sanata Dharma dan
Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gajah Mada. Ia juga adalah dosen
dan peneliti, dan mengajar Metodologi Penelitian Sosial dan Sosiologi Ekonomi
Pembangunan dan Poetry di Jurusan Inggris, Universitas Atma Jaya, Jakarta.
[7] Atar Semi … hal. 10
[8] Syukron Kamil … hal. 5
[9] Syukron Kamil … hal. 5
[10] René Wellek berbicara sastra Ceko dan Jerman
belajar di Praha, sebelum mengajar di Sekolah Slavia Studi dan Eropa Timur pada
tahun 1935, sekarang bagian dari Universitas College London. Dengan Dunia II
Perang imigrasi ke Amerika Serikat, mengajar di University of Iowa selama tujuh
tahun. Pada tahun 1946 didirikan di Yale di mana ia mulai departemen sastra
komparatif, pertama di Amerika Serikat. Dan Edward Austin Warren Jr lahir di Waltham, Massachusetts pada tanggal 4 Juli
1899. Dia sekolah dasar umum di Waltham High School. Warren masuk Universitas Wesleyan antusias pada musim gugur
1916, Sebagai seorang senior yang mencoba-coba menulis puisi dan kritik dan
terpilih Phi Beta Kappa , pada wisuda, ia adalah penyair
kelas. Ia lulus di jurusan bahasa Latin dan minor dalam bahasa Inggris.
[11] Rene Wellek dan Austin Warren. Teori
Kesusastraan. (Jakarta: PT Gramedia, 1989. Terjemahan Meliani Budianta).
hal. 38
[12] http://www.rumpunnektar.com/2013/03/hubungan-timbal-balik-antara-cabang.html#ixzz2PFcyR8TP
Diakses pada Selasa, 2 April 2013, pkl. 4:25
[13] Syukron Kamil … hal. 52
[15]Atar semi, Kritik Sastra,............................................................................hal 62.
[17] Syukron Kamil … hal. 52
[18] Atar Semi … hal. 9
0 komentar:
Posting Komentar