BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tasawuf
Pengertian tasawuf yang di dalam bahasa asing disebut mystic atau
sufism, berasal dari kata suf yakni wol kasar yang dipakai oleh seorang muslim
yang berusaha dengan berbagai upaya yang telah ditentukan untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Orang yang melakukan upaya demikian disebut sufi dan
ilmu yang menjelaskan upaya-upaya serta tingkatan-tingkatan yang harus ditempuh
untukmencapai tujuan dimaksud dinamakan ilmu tasawuf.
Ilmu tasawuf adalah ilmu yang menjelaskan tata cara pengembangan
rohani manusia dalam rangka usaha mencari dan mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Dengan pengembangan rohani,kaum sufi ingin menyelami makna syari’ah secara
lebih mendalam dalam rangka menemukan hakekat agama dan ajaran agama Islam.
Bagi kaum sufi yang mementingkan syari’ah dan hakikat sekaligus, shalat
misalnya, tidaklah hanya sekedar pengucapan sejumlah kata dalam gerakan
tertentu, tetapi adalah dialog spiritual antara manusia dengan Tuhan.
Sejak dahulu hingga sekarang, pembahasan tentang asal kata tasawuf
belum pernah mencapaikata sepakat. Para ahli berbeda pendapat tentang kata itu,
dijelaskan oleh Syeikh AhmadTaqiyuddin Ibnu Taimiyah bahwa perbedaan itu
disebabakan karena adanya kata yangdinisbahkan kepada kata sesuatu. Ada yang
dinisbahkan kepada kata safa dan safw yang artinya bersih dan suci. Maksudnya,
kehidupan seorang seorang sufi lebih banyak diarahkan pada penyucian batin
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Suci, sebabTuhan tidak
bisa didekati kecuali oleh orang yang suci. Adapun tentang definisi Tashawwuf
itusendiri ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh sejumlah tokoh sufi.
Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
a.
Zakaria Al-Anshori : “Tashawwuf
ialah suatu ilmu yang menjelaskan hal ihwal pembersih jiwa dan penyantun akhlak
baik lahir atau batin, guna menjauhi bid’ah dan tidak meringankanibadah.
b.
Abul Qasim al-Qashairi ( W.
456H/1072M ): “Tashawwuf adalah menerapkan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
secara tepat berusaha menekan hawa nafsu, menjauhi bid’ah dantidak meringankan
ibadah.
c.
Bisyr bin Haris al-Hafi ( W.
227H/841M ): “Seorang sufi ialah yang telah bersih hatinya, semata-mata untuk
Allah SWT”.
d.
Abu Husain An-Nuri ( W. 295H/908M ):
“Kaum sufi itu ialah kaum yang hatinya suci darikotoran basariyah ( hawa nafsu
kemanusiaan ) dan kesalahan pribadi. Ia harus mampumembebaskkan diri dari
syahwat sehingga ia berada pada shaf pertama dan mencapai derajat yang mulia dalam kebenaran”.
B.
Pengertian
Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah kenyataan yang direncanakan untuk
mewujudkan situasi dan proses belajar, untuk membuat siswa meningkatkan
kemampuan mereka secara aktif untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, dan juga keterampilan yang dibutuhkan oleh
mereka dan dengan lingkungan mereka. Pendidikan adalah suatu peralatan,
perencanaan kurikulum, evaluasi belajar, metode belajar, dan juga latihan
karier.
Definisi pendidikan menurut para ahli, diantaranya adalah :
1)
Menurut Juhn Dewey, pendidikan
adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi
di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin
pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan
kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari
orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup. (A. Yunus, 1999 : 7)
2)
Menurut H. Horne, pendidikan adalah
proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi
makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan
sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual,
emosional dan kemanusiaan dari manusia. (A. Yunus, 1999 : 7)
3)
Menurut Frederick J. Mc Donald,
pendidkan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat
(behavior) manusia. Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap tanggapan atau
perbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh sesorang. (A. Yunus, 1999 :
7-8)
4)
Menurut M.J. Langeveld, pendidikan
adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap pergaulan yang terjadi antara
orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana
pekerjaan mendidik itu berlangsung. (A. Yunus, 1999 :
Sedangkan dalam segi Islam, pendidikan itu sendiri adalah
pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah
teori tentang bumi. Maka isi Ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang
pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya
teori. (Nur Uhbiyati, 1998)
Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai
aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara
sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam
mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang
bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental, dan sosial sedangkan
pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau
lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup,
atau keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak, yang kedua
pengertian ini harus bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam
yang bersumber dari al Qur’an dan Sunnah (Hadist).
Dr. Muhammad Fadhil Al-Jamali memberikan pengertian pendidikan
islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untk lebih
maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia,
sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan
akal, perasaan, maupun perbuatan.
Definisi tersebut memiliki tiga prinsip pendidikan islam sebagai
berikut:
a.
pendidikan merupakan proses
perbantuan pencapaian tingkat keimanan dan berilmu ( QS. Al-Mujadilah 58:11)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ
فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ
دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:
“Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
1.
Sebagai model, maka Rasulullah saw
sebagai uswatun hasanah (QS. Al-Ahzab 33:21) yang dijamin Allah memiliki akhlaq
mulia (QS. Al-Qalam 68:4)
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab 33:21)
وَإِنَّكَ
لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
(QS. Al-Qalam 68:4)
2.
Pada manusia terdapat potensi baik
dan buruk (QS. Asy-Syam 91:7-8), potensi negatif seperti lemah (QS. An-Nisa’ 4:
28), tergesa-gesa (QS. Al-Anbiya 21: 37), berkeluh kesah (QS. Al-Maarij 70:
19), dan ruh Allah yang ditiupkan kepadanya pada saat penyempurnaan
penciptaannya (QS. At-Tin 95: 4). Oleh karena itu pendidikan ditujukan sebagai
pembangkit potensi baik yang ada pada anak didik dan mengurangi potensinya yang
jelek. [3]
وَنَفْسٍ
وَمَا سَوَّاهَافَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”(QS. Asy-Syam
91:7-8)
يُرِيدُ
اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الإنْسَانُ ضَعِيفًا
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan
bersifat lemah.”(QS. An-Nisa’ 4: 28)
خُلِقَ
الإنْسَانُ مِنْ عَجَلٍ سَأُرِيكُمْ آيَاتِي فَلا تَسْتَعْجِلُونِ
“Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan aku
perlihatkan kepadamu tanda-tanda (azab) -Ku. Maka janganlah kamu minta
kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.”(QS. Al-Anbiya 21: 37)
إِنَّ
الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi
kikir”(QS. Al-Maarij 70: 19)
لَقَدْ
خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya.”(QS. At-Tin 95: 4)
C.
Hubungan
Tasawuf dan Pendidikan
Tasawuf pada dasarnya adalah sebuah model pendidikan, namun
pendidikan model tasawuf sulit diterima sebagai model pendidikan akademik.
Sebab apa yang akan didapat dari model pendidikan tasawuf tidak dapat diukur
dalam pendidikan modern dewasa ini. Sebagai contoh, Makrifat adalah sejenis
pengetahuan dengan mana para sufi menangkap hakikat atau realitas yang menjadi
obsesi mereka. Makrifat berbeda dengan jenis pengetahuan yang lain, karena ia
menangkap objeknya secara langsung, tidak melalui “representasi”, sedangkan
objek-objek intuisi, hadir begitu saja dalam diri orang itu, dank arena itu
sering disebut ilmu “hudhuri” dan bukan ilmu “hushuli”, yakni ilmu yang
diperoleh melalui latihan dan percobaan.
Perbedaan makrifat dan jenis pengetahuan yang lain adalah cara memperolehnya.
Jenis pengetahuan biasa diperoleh melalui usaha keras, seperti belajar,
merenung dan berpikir keras melalui cara-cara yang logis. Jadi manusia memang
betul-betul berusaha dengan segenap kemampuanya untuk memperoleh objek
pengetahuannya. Tetapi makrifat tidak bisa sepenuhnya diusahakan manusia. Pada
tahap akhir semuanya bergantung pada kemurahan Tuhan.
Model pendidikan tasawuf sebenarnya juga pernah diterapkan dalam
model pendidikan kepribadian masyarakat Jawa dikalangan Istana. Dalam peristilahan
Jawa kita mengenal sejumlah kata yang menunjukan betapa petingnya pendidikan
yang membuat orang waskita, wicaksana, wirya, dan sampurna. Kata-kata seperti
kawaskitaan, kawicaksanaan, kawiryan, dan kasampurnan merupakan atribut dari
mereka yang kepribadian sempurna, salah satu syarat bagi kepemimpinan. Kualitas
kepribadian itu bukanlah keterampilan, atau keahlian sebuah profesi, tetapi
syarat umum bagi manusia ‘Jawa’, beradab.
Transisi model pendidikan tasawuf ke arah pendidikan modern
sebenarnya terjadi di dunia pendidikan pesantren. Menurut Kuntowijoyo,
pendidikan pesantren berhasil menciptakan jenis kepribadian tersendiri, tidak
diragukan. Kata-kata kunci seperti tawadhu (rendah hati) ikhlas, sabar,
memenuhi etika hidup para santri. Lukisan-lukisan mengenai kepribadian
seseorang digambarkan melalui perwatakan para Nabi atau para Orang Suci dari
sahabat Nabi.
Selain mempelajari etika yang berdasarkan agama, di pesantren juga
diajarkan mata pelajaran formal lingkungan pesantren, itu jelas merupakan mata ajaran
humaniora yang terpadu dengan agama, maka kehidupan kultural di lingkungan
pesantren membantu penyelenggaraan pendidikan humaniora secara informal. Banyak
sekali pengalaman kemanusian yang didapat oleh para santri pada waktu belajar
dan sesudah belajar. Upacara-upacara peringatan hari-hari besar yang diadakan
sepanjang tahun merupakan pengalaman keagamaan sekaligus pengalaman kemanusian
yang khas pesantren. Dalam kumpulan cerita pendek Jamil Suherman, Umi Kalsum,
dilukiskan diantaranya upacara mauludan yang memperingati kelahiran Nabi di
Pesantren Jawa Timur. Bagi para santri dan penduduk desa pesantren umumnya
malam mauludan adalah peristiwa yang paling mengesankan dalam hidup; keramaian
terdiri dari arak-arakan selamatan dan berpuncak pada upacara pembacaan tarikh
nabi. Pendidikan kemanusian juga tercermin dalam berbagai kisah sejarah nabi
dan para sahabatnya.
Lebih jauh, peranan pesantren dalam mentransformasikan model
pendidikan tasawuf kepada masyarakat mempunyai peranan yang penting.Sejarah
menunjukan bahwa peranan pesantren bagi kehidupan orang Jawa di pedesaan sangat
penting. Budaya pesantren juga dialirkan kepedesaan. Sampai sekarang bentuk-bentuk kesenian yang
ada di desa dan sangat dipengaruhi oleh pesantren ialah solawatan dalam
berbagai variasinya.
Hubungan antara tradisi pesantren dengan pedesaan dapat pula
dilihat dari mata rantai persaudaraan tarekat. Gerakan-gerakan tarekat menjadi
begitu penting di masa lalu dan masih sangat penting juga di masa kini. Tarekat
yang mempunyai disiplin keras merupakan pendidikan yang efektif bagi para
pesertanya. Melalui sebuah bai’at hubungan antara guru, (mursyid) dan murid
merupakan ikatan seumur hidup. Dan melalui pemberian ijazah tuntunan dari guru
kepada murid itu diberikan. Mata rantai antara murid wakil guru (badal mursyid)
dan murid merupakan hubungan kemanusian dan spiritual yang mengikat. Tujuan
zuhud yaitu menghidarkan diri dari kesenangan duniawi, menjadi puncak etik
pengikut tarekat, sedangkan kesempurnaan spiritual dinyatakan dalam berbagai tingkatan
(maqam) rohaniah. Dengan gambaran tentang pesantren dan budayanya menjadi
terang, bagaimana sumbangan pesantren dalam kehidupan masyarakat pedesaan
sebagai tempat bermuaranya semua kreatifitas budaya.
0 komentar:
Posting Komentar