Oleh Diah Ayu Laras Putri dan M. Sigit Wahyu Kurnianto
Motivasi
diri berawal dari dorongan keyakinan dalam diri sendiri untuk menang.
Ini dibentuk oleh cita-cita dan impian besar yang akan memotivasi orang
untuk meraihnya. Kisah orang-orang sukses bermula dari sebuah impian yang diimplementasikan dalam serangkaian aktivitas sehari-hari.
Impian pun akan bermanfaat juga untuk orang banyak. Nilai-nilai
spiritualitas memancar dengan baik dalam diri orang tersebut dan
menambah keyakinan bahwa Allah dekat dengan dirinya.
Selain itu,
keyakinan untuk menang harus selalu tertanam dalam benak dan hati. Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kita meyakini bahwa selain diciptakan untuk beribadah kepada-Nya, juga diciptakan Allah untuk memberikan kemakmuran, kesejahteraan dan kemaslahatan. Oleh karena itu, akan terbentuk optimisme terhadap target keberhasilan.
keyakinan untuk menang harus selalu tertanam dalam benak dan hati. Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kita meyakini bahwa selain diciptakan untuk beribadah kepada-Nya, juga diciptakan Allah untuk memberikan kemakmuran, kesejahteraan dan kemaslahatan. Oleh karena itu, akan terbentuk optimisme terhadap target keberhasilan.
Seseorang harus mempunyai cita-cita besar yang disertai keyakinan bahwa Allah dekat dan mendampingi melalui hati nurani. Dorongan hati nurani inilah akan mudah diketahui bila kita mempunyai hati yang bersih. Keyakinan
bahwa Allah dekat dan sayang kepada kita akan memberikan dorongan hati
nurani yang sangat besar yang pada gilirannya lahir optimisme kita untuk
meraih cita-cita. Hati merupakan pembimbing terhadap apa yang harus dituju dan apa yang harus diperbuat.
Robert K. Cooper Phd
memaparkan bahwa hati mengaktifkan nilai-nilai kita yang terdalam,
mengubahnya dari sesuatu yang kita pikir menjadi yang kita jalani. Hati mampu mengetahui hal-hal mana yang tidak boleh, atau tidak dapat diketahui oleh pikiran kita. Hati adalah sumber keberanian dan semangat, integritas serta komitmen. Hati
adalah sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntut kita untuk
melakukan pembelajaran, menciptakan kerjasama, memimpin, dan melayani.
Motivasi
yang berasal dari dorongan suara hati atau hati nurani dan keyakinan
bahwa Allah senantiasa dekat ini akan memancarkan nilai-nilai
spiritualitas. Nilai-nilai spiritualitas dalam motivasi akan melahirkan
motivasi yang positif, motivasi yang sarat dengan serangkaian
langkah-langkah spiritual dan optimisme terhadap keberhasilan.
Prof. Danah Zohar dan Prof. Ian Marshall dari Harvard University dan Oxford University memaparkan tentang kecerdasan spiritual dalam bukunya “Spiritual Quotient (SQ)”. Mereka
berdua menjelaskan kecerdasan spiritual berkaitan erat dengan persoalan
makna hidup. Menurutnya, kecerdasan spiritual dapat menilai
langkah-langkah hidup seseorang lebih bermakna dibanding orang lain.
Jadi hidup tidak hanya kosong tanpa makna yang jelas.
Kemudian, Wolf Singer, Michael Persinger dan V.S Ramachandran menemukan fungsi God Spot yang terintegrasi dalam otak manusia. God Spot
sebagai pembimbing manusia untuk terus menerus mencari makna hidup.
Manusia yang berhasil memaknai hidup ini dengan spiritualitas akan
memotivasi dirinya untuk mengambil aktivitas yang terbaik, jauh dari
perbuatan mendholimi orang lain, menebarkan kebaikan dan kemakmuran
dalam mencapai impian.
Sedangkan menurut Stephen P. Robbins dalam bukunya “Organizational Behavior,” dalam motivasi terdapat tiga elemen utama yaitu intensitas, arah, dan ketekunan individu dalam mencapai sasaran. Jadi
motivasi diri akan tumbuh positif bila integritas antara intensitas,
arah dan ketekunan dalam mencapai sasaran dapat terwujud.
Selain
itu keyakinan bahwa Allah dekat akan melahirkan sikap optimisme yang
positif terhadap keberhasilan serta menumbuhkan nilai-nilai
spiritualitas yang memberikan manfaat bagi orang banyak. Impian yang dicapai pun menebarkan kemaslahatan. Direktur Eksekutif Integrative Medicine Initiative di Michigan AS, Patricia Megregan mengatakan, “Spirituality
is where people find meaning in their lives. It’s something higher than
themselves, though out necessarily attached to religion.”
0 komentar:
Posting Komentar